Anak Belajar Memilih

Ajarkan Anak Belajar Memilih, Bisa Dimulai Sejak Anak Usia Dini

Anak yang terbiasa memilih sendiri akan menjadi anak yang mandiri, karena anak jadi terbiasa memutuskan apa yang mereka inginkan.

Ilustrasi anak memilih. Sumber: Mindhooter Therapy Centre

apahabar.com, JAKARTA - Anak yang terbiasa memilih sendiri akan menjadi anak yang mandiri, karena anak jadi terbiasa memutuskan apa yang mereka inginkan.

Melatih anak memilih sejak dini memang terlihat sepele. Tapi pembiasaan itu akan membuat anak bisa mengambil keputusan untuk hal yang mereka inginkan.

Dokter spesialis anak yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Yuni Astria, SpA mengatakan anak-anak bisa mulai diajari memilih sejak usianya 18 bulan hingga tiga tahun. Proses ini bisa dimulai dengan memberikan anak-anak pilihan yang mudah.

"Ini kelihatannya sederhana tetapi perlu dilatih. Kita melatih suatu kemampuan untuk melakukan aktualisasi, value dan dilatih dari sedini mungkin, 18 bulan sampai tiga tahun," kata dia dalam acara media di Jakarta, Kamis (27/7).

Baca Juga: Ajarkan Anak Konsep Uang: Bedakan Kebutuhan dan Keinginan

Memilih hal sederhana bisa dimulai dengan meminta anak memilih lauk makan siang antara ayam atau ikan, bahkan bertanya pilihan warna sepatu merah atau biru untuk dikenakan hari ini.

Menurut Yuni, pada prinsipnya, orangtua harus memberikan pilihan yang mereka setujui dan bukan merupakan pilihan dengan jawaban ya atau tidak.

"Jangan beri pilihan yang jawabannya ya atau tidak. Misalnya, 'kamu mau makan atau enggak?' Kalau dijawab tidak, bagaimana? Pilihan itu yang berada dalam koridor kita setuju," kata Yuni yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia itu.

Penuhi Kebutuhan Asah, Asih dan Asuh

Memberikan pilihan pada anak merupakan bagian dari asuh atau pengasuhan orangtua pada anak mereka. Ini juga menjadi kebutuhan primer anak yang harus dilengkapi termasuk imunisasi.

Tak hanya asuh, anak juga harus diberikan asih dan asah yang adekuat. Asih yakni memberikan pujian, dukungan ketika anak bisa melakukan sesuatu walaupun bukan sesuatu yang kompleks.

Sementara asah yakni memberikan anak stimulasi setiap saat dan terus menerus demi perkembangan motorik kasar dan halus, sosial dan bahasa mereka. Stimulasi dilakukan perlahan dan tanpa unsur paksaan terhadap anak.

"Kadang kita berhenti di asuh. Sudah cukup kebutuhan finansial untuk anak, saya beli mainan, makanan, asuh cukup. Yang lain-lain akhirnya lebih banyak menatap gawai," tutur Yuni yang kini berpraktik di RS Karya Medika itu.

Yuni menegaskan, pemberian asah, asih dan asuh yang adekuat pada anak ini agar nantinya mereka dapat menjadi generasi pemimpin, mandiri dan percaya diri yang mumpuni.