Politik

Adu Kuat 2 Calon Petahana di Pilbup Kotabaru 2020, Simak Prediksinya

apahabar.com, KOTABARU – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kotabaru diprediksi bakal berlangsung sengit. Pasalnya, kontestasi yang…

Pilkada Kotabaru 2020 bakal mempertemukan dua calon petahana yang pecah kongsi. Foto-Istimewa

apahabar.com, KOTABARU – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kotabaru diprediksi bakal berlangsung sengit.

Pasalnya, kontestasi yang akan dihelat serentak pada 9 Desember 2020 mendatang hanya diikuti dua pasangan calon.

Yang menarik, Pilkada kali ini bakal mempertemukan dua calon petahana. Mereka bakal beradu kuat memperebutkan kursi bupati Kotabaru.

Pasangan nomor urut satu yakni Sayed Jafar Alaydrus-Andi Rudi Latif (SJA-Arul). Pasangan ini boleh terbilang kuat karena disokong 13 partai politik di Kotabaru.

Sayed Jafar Alaydrus merupakan bupati terpilih hasil Pilkada 2015 silam bersama Burhanudin. Namun di tengah jalan keduanya pecah kongsi.

Tak mau absen berlaga, Burhanudin menggandeng seorang anak tokoh atau ulama Kotabaru, Bahrudin untuk menantang mantan pasangannya di Pilkada lima tahun silam itu.

2BHD, paslon nomor urut dua ini bahkan maju melalui jalur non-partai politik, dan lolos verifikasi oleh KPU.

Pasangan ini juga terbilang kuat karena pencalonan lewat jalur independen mendapat dukungan puluhan ribu KTP warga Kotabaru.

Meski berbeda latar pencalonan, kedua pasangan ini dinilai sama-sama memiliki peluang untuk meraih DA Kotabaru 1.

Seruanya perhelatan Pilkada di Kotabaru sudah terasa hingga memasuki tahapan kampanye, 26 September lalu.

Masing-masing pendukung juga mulai ramai menyuarakan dukungannya di media sosial, hingga muncul beragam tanggapan. Di antaranya, soal potensi kemenangan pasangan calon.

Rony Safriansyah, salah seorang akademisi di Kotabaru, menganggap kontestasi Pilkada Kotabaru unik, dan jarang terjadi. Sebab, pesertanya hanya dua pasang calon. Dengan latar belakang pencalonan yang berbeda pula.

Atau, head to head antara dukungan 13 partai politik sama dengan 35 kursi parlemen melawan dukungan kurang lebih 25 ribu KTP warga. Secara hitungan di atas kertas, kata dia, paslon SJA-ARUL sangat diuntungkan. Karena, ful meraih dukungan parpol pengusung.

“Nah, tentu hal itu akan memudahkan dalam mengampanyekan pasangan SJA-ARUL. Tapi, dengan catatan semua mesin parpolnya bergerak maksimal,” ujarnya saat bincang ringan dengan apahabar.com, baru tadi.

Selanjutnya, sambung Rony, untuk pasangan 2BHD secara hitungan-hitungan hanya memiliki kurang lebih 25 ribu suara dukungan.

Tentu saja pasangan ini harus lebih ekstra lagi dalam mencari dukungan pemilih, atau suara. “Sebabnya, jumlah pemilih di Kotabaru sebanyak itu 200 ribuan.”

Artinya, untuk menang paslon harus bisa meraup suara 100 ribu lebih atau di atas 50 persen suara.

Ekstra kerja di sisa waktu dua bulan lagi masa kampanye diperlukan. Terlebih, dengan keterbatasan gerak pengumpulan massa di tengah bayangan pendemi Covid-19.

Namun dalam kontestasi Pilkada semua hal mungkin saja terjadi di tempat pemungutan suara 9 Desember mendatang.

Menurutnya salah satu cara yang paling efektif bagi pasangan calon menarik dukungan, khususnya di wilayah dalam kota, serta merebut suara kalangan pemilih pemula, atau milenial.

Selain itu, kepiawaian pasangan calon beserta tim pemenangan diuji dalam memainkan isu politik melalui media sosial. Tapi dengan catatan harus menghindari black, atau negatif campaign.

“Karena hal itu, selain bisa melanggar aturan Pilkada dan UU ITE juga bisa membuat citra pasangan calon jadi negatif di masayarakatnya sendiri,” pungkas Rony mengakhiri.