Nasional

Ada Pakaian Adat China di Uang Baru Rp 75.000, Simak Faktanya

apahabar.com, JAKARTA – Heboh baju adat di uang pecahan Rp 75.000 sempat viral di media sosial,…

Pakaian adat Suku Tidung di uang pecahan Rp 75.000. Foto: Turnbackhoax.id

apahabar.com, JAKARTA – Heboh baju adat di uang pecahan Rp 75.000 sempat viral di media sosial, ternyata pakaian suku pedalaman di Pulau Kalimantan.

Bank Indonesia (BI) resmi mengeluarkan edisi Uang Peringatan Kemerdekaan ke-75 RI pada Senin (17/8) kemarin.

Jika klaim warganet yang menyebut ada gambar anak mengenakan pakaian adat China di uang pecahan Rp 75.000 adalah hal yang salah.

Faktanya, gambar tersebut bukanlah pakaian adat China melainkan pakaian adat dari Suku Tidung, Kalimantan Utara. Tak kenal maka tak sayang,

Dilansir detikcom, Baju adat Tidung ini merupakan identitas suku Tidung yang diakui baju adat asli Tarakan. Dikutip dari buku ‘Pakaian Adat Sebagai Identitas Etnis: Rekonstruksi Identitas Suku Tidung Ulun Pagun’ yang ditulis oleh Neni Puji Nur Rahmawati dan Septi Dhanik Prastiwi, suku Tidung lebih dikenal sebagai suku Dayak yang telah beragama Islam.

Namun disebutkan bahwa di antara suku Tidung terdapat kelompok masyarakat yang mengidentifikasikan dirinya bukan Dayak dan menyebut dirinya sebagai Tidung Ulun Pagun dikenal sebagai suku Tidung beragama Islam dan hidup dengan budaya pesisir.

Suku Tidung Ulun Pagun juga memiliki identitas lain yang merujuk pada konteks budaya yaitu melalui pakaian adat Tidung. Pakaian adat yang terdiri Pelimbangan dan Kurung Bantut (Pakaian Sehari-hari), selampoy (pakaian adat), Talulandom (pakaian resmi), dan Sina Beranti (pakaian Pengantin).

Pakaian adat ini telah menjadi karya budaya milik Suku Tidung Ulun Pagunmelalui proses rekonstruksi berdasarkan data pakaian adat Tidung di masa lalu.

Proses rekonstruksi pakaian adat sebagai identitas etnis Suku Tidung Ulun Pagun menemukan momen yang tepat seiring dengan perubahan status Tarakan dari kota administratif menjadi kotamadya di mana pakaian tersebut kemudian ‘diakui’ sebagai pakaian daerah kota Tarakan.

Sebelumnya, narasi tuduhan ‘baju adat China’ di uang baru ramai beredar di media sosial, salah satunya berasal dari pertanyaan akun Twitter @Rianaaa_na09.

Akun itu mempertanyakan asal baju adat tersebut. Kemudian ada akun lain yang menjawab baju adat itu berasal dari China. Namun, saat ini pemilik akun @Rianaaa_na09 mengunci akunnya.

Narasi soal baju adat China ini kemudian diteruskan oleh akun anonim @2nd_NN4y4r4. Lagi-lagi baju adat itu disebut berasal dari China.

Sahabat Pandu Kalimantan Utara, Prayoga Bayu menegaskan bahwa baju adat dalam uang baru itu baju adat Tidung, Kalimantan Utara.

Sahabat Pandu adalah organisasi yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam memperkenal budaya lokal.

“Itu baju adat asli Kalimantan utara. Baju adat Tidung dari Suku Tidung. Sekarang jadi baju adat Provinsi Kalimantan Utara,” kata Prayoga dilansir detikcom, Selasa (18/8).

Pejelasan Bank Indonesia

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, uang pecahan khusus ini memiliki makna yang sangat dalam.

Dia bilang uang kertas ini melambang jati diri Indonesia sebagai bangsa yang besar.

“Tema besar dalam desain Uang Peringatan 75 Tahun Kemerdekaan RI adalah mensyukuri kemerdekaan, memperteguh kebinekaan dan menyongsong masa depan gemilang,” kata Perry dikutip dari Suara.com.

Perry menjelaskan, yang dimaksud dengan mensyukuri kemerdekaan digambarkan dengan peristiwa pengibaran bendera pada saat proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 oleh Proklamator Dr. (H.C.) Ir. Soekarno dan Dr. (H.C.) Drs. Mohammad Hatta, serta gunungan yang memiliki filosofi pembuka dan permulaan lembaran baru pada halaman depan uang kertas anyar ini.

Sementara yang dimaksud dengan memperteguh kebinekaan adalah digambarkan dengan anak Indonesia menggunakan pakaian adat yang mewakili daerah barat, tengah, dan timur NKRI serta beragam kain motif kain Nusantara yaitu tenun Gringsing Bali, batik kawung Jawa, dan songket Sumatera Selatan yang menggambarkan kebaikan, keanggunan, dan kesucian.(Dtk/Sra)

Editor: Aprianoor