Badindang Mailun Lagu: Upaya Menjaga Eksistensi Lagu Tradisional Banjar

Sebagai sebuah upaya menjaga eksistensi lagu-lagu Banjar, sejumlah sanggar seni di Banjarbaru menggelar konser musik bertajuk 'Badindang Mailun Lagu'.

'Badindang Mailun Lagu', konser musik untuk menjaga eksistensi lagu tradisional Banjar bakal digelar di Misbar, Banjarbaru, Sabtu (14/1). Foto: Ruang Bunyi

apahabar.com, BANJARMASIN - Sebagai sebuah upaya menjaga eksistensi lagu-lagu Banjar, komunitas seniman musik tradisional di Banjarbaru bernama Ruang Bunyi, menggelar konser musik bertajuk 'Badindang Mailun Lagu'.

Konser musik etnik untuk membawakan lagu-lagu Banjar dan populer dengan berbagai instrumen itu bakal digelar di Misbar Banjarbaru, Sabtu (14/1).

"Konser tersebut adalah bentuk penerapan ekonomi kreatif bidang musik dan seni pertunjukan," papar Novyandi Saputra selalu panitia pelaksana, Selasa (3/1).

Akan dibawakan 10 lagu pilihan karya para maestro lagu Banjar seperti Anang Ardiansyah, A Thambrin, Hamidan AC, dan AW Syarbaini. 

Lagu gubahan para maestro itu akan diaransemen ulang untuk menambah kesan kebaruan, tetapi dipastikan tidak mengubah keaslian dan kearifan musik lokal dari lagu dimaksud.

Konser juga melibatkan sejumlah seniman seperti Muhammad Marwan, Maskur Rifani Al Alabani, Agustyan Dwi Prasetyo, Syarif Hidayat Zamzam, Hafiz Anshari, Rina Santika, Miftahul Jannah, Noor Haliza Zahro, Miranti Karima, Khalifaturridha, Novyandi Saputra, Hidayat Noor/Zendry, Akbar Alamsyah Hidayat dan Daeng Abi. 

"Memang masih banyak belum terlibat. Namun kedepan kami sudah memiliki rencana melibatkan semakin banyak seniman Banjarbaru untuk berkolaborasi," papar Novyandi.

Selayaknya sebuah konser, Badindang Mailun Lagu juga mengenakan tiket untuk setiap penonton dengan segmen pelajar dan masyarakat.

Penggunaan sistem tiket ini juga menjadi awal naik kelas musik tradisional, selain apresiasi terhadap karya seni dan bentuk penerapan musik sebagai salah satu penggerak ekonomi kreatif.

Adapun harga tiket kategori pelajar senilai Rp15.000. Sedangkan penonton dari kalangan umum sebesar Rp25.000. Harga sudah termasuk pajak retribusi pertunjukan yang diterapkan di Banjarbaru.

"Sebagai generasi berkembang, pelajar harus dilibatkan dan dijadikan target penonton. Terlebih konser ini tidak sekedar hiburan, tetapi juga ruang edukasi dan pengembangan bakat diri," papar Novyandi.

"Sementara segmentasi kalangan umum adalah masyarakat yang memerlukan hiburan dengan model baru di Banjarbaru, termasuk wisatawan dan mahasiswa ," imbuhnya.

Novyandi menambahkan upaya memajukan kebudayaan dalam bentuk konser musik tidak bisa berdiri sendiri. Diperlukan kolaborasi semua pihak, baik pemangku kepentingan, pengusaha, tokoh penting dan stakeholder lain.

"Sebagai bentuk kolaborasi, kami juga melibatkan branding pendukung untuk hadir dalam semua bentuk publikasi dan rilis," tandas Novyandi.

Ruang Bunyi sendiri adalah sebuah komunitas seniman-seniman musik tradisional. Mereka bergerak secara nirlaba dan berangkat dari ruang konser yang digelar secara berkala.

Komunitas ini muncul atas inisiatif kreatif dan artistik sebagai upaya pemajuan kebudayaan dan pergerakan ekonomi kreatif di sub-sektor musik dan seni pertunjukan.