Tak Berkategori

2018, Puluhan Konflik Bekantan Vs Manusia Terjadi di Kalimantan Selatan

apahabar.com, BANJARMASIN – Setelah Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan berhasil mengevakuasi 35 ekor bekantan dari lokasi permukiman…

Seekor bekantan nyasar tersengat listrik di kawasan Jalan Ahmad Yani, Km 4,5, Banjarmasin Timur, Jumat (22/3) petang. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Setelah Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan berhasil mengevakuasi 35 ekor bekantan dari lokasi permukiman warga di Marabahan, Kabupaten Barito Kuala pada Februari 2019 lalu, kini muncul lagi Bekantan lainnya. Satwa liar yang terancam punah itu masuk ke permukiman penduduk lagi.

Hewan berhidung panjang itu masuk permukiman warga Jalan Ahmad Yani Km 4,5, Kecamatan Banjarmasin Timur, Jumat (22/3) sore. Bekantan betina itu diperkirakan sedang hamil muda.

“Kita sudah menerima laporan dari relawan setempat adanya Bekantan yang terjebak di atas pohon. Tim sudah kita kirim ke lokasi,” kata Jarot Jaka, Staf Bagian Konservasi Keanekaragaman Hayati, Balai Besar Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel kepada apahabar.com.

Sayangnya, maskot Kota Banjarmasin itu keburu mati usai terjatuh dari atas pohon.

Informasi terbaru, hewan dilindungi itu dua kali tersetrum, jatuh, lalu tersetrum Lagi. Sampai tiga kali tersetrum listrik tegangan tinggi dari kabel PLN yang melintang di pepohonan.

Baca Juga: Nyasar ke Permukiman, Seekor Bekantan Tersengat Listrik

"Hasil pengecekan tim di lapangan, bahwa bekantan sempat naik ke atas pohon, kesetrum dan terjatuh. Kejadian ini berulang kali. Setelah itu bekantan tak begeràk lagi. Sekitar pukul 19.09, bekantan dinyatakan mati," ungkap Jaka.

Saat ini tim BKSDA Kalsel sedang memeriksa lebih lanjut perihal kematian satwa berjuluk monyet Belanda itu.

"Rencana akan dikuburkan segera setelah pemeriksaan sudah selesai dilakukan," bebernya.

Sementara, dari catatan apahabar.com, kasus Bekantan masuk ke permukiman warga bukanlah yang pertama.

Baca Juga: Konflik Manusia Vs Bekantan, Pengamat: Sediakan 30 Persen Kawasan Hijau

Pada 2018, BKSDA Kalsel mencatat sebanyak 13 kasus serupa terjadi. Bahkan satu di antaranya tak berhasil diselamatkan.

Sampai kini, Jaka mengaku penyebab pasti kematian Bekantan belum diketahui.

Menurutnya, bisa jadi karena Bekantan itu stres, dan terjatuh saat sedang memanjat.

Saat itu, dari jumlah 13 ekor si Hidung Panjang, 12 di antaranya sudah dilepasliarkan ke habitat aslinya di pulau Bakut, Kalimantan Selatan.

Baca Juga: Konflik Manusia dan Bekantan di Kalsel Belum Mereda

Pulau itu disukai oleh kelompok monyet karena hutan mangrove-nya yang lebat.

Bekantan hidup di hutan dengan tingkat kerapatan pohon yang tinggi. Kawasan hutan bakau di sepanjang pantai selatan Kalimantan menjadi habitat ideal karena lebatnya pohon dan airnya sedikit.

Meskipun mereka adalah perenang yang mahir, bekantan lebih suka berdiam di pohon.

Bekantan sendiri dikenal dari ciri hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan.

Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam.

Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda.

Baca Juga: 5.000 Ekor Bekantan Berada di Luar Kawasan Konservasi, BKSDA Dorong Ekosistem Esensial

https://www.youtube.com/watch?v=YhMXHEr4sls

Reporter: Eddy Andrianto
Editor: Fariz Fadhillah