Hari Radio Sedunia

13 Februari: Mengudara Bersama Sejarah Radio di Dunia

Setiap tahun, tanggal 13 Februari diperingati sebagai Hari Radio Sedunia. Momen ini bertujuan untuk mengingatkan khalayak betapa pentingnya peran radio.

Guglielmo Marconi memperlihatkan cara penggunaan pemancar radio tanpa kabel buatannya pada tahun 1901. Foto: Wikipedia.

apahabar.com, JAKARTA - Setiap tahun, tanggal 13 Februari diperingati sebagai Hari Radio Sedunia. Momen ini bertujuan untuk mengingatkan khalayak betapa pentingnya peran radio sebagai media komunikasi.

Penetapan Hari Radio Sedunia bermula ketika Spanyol mengajukan peringatan ini kepada UNESCO pada September 2010. Saran itu tak serta merta diterima, melainkan perlu dikaji sekira setahun lamanya.

Sampai akhirnya, usulan tersebut diterima, bahkan mendapat dukungan dari negara anggota UNESCO lainnya pada November 2011. Lembaga itu lantas mengadakan Konferensi Umum yang menyatakan tanggal 13 Februari sebagai World Radio Day.

Tanggal yang demikian dipilih bukan tanpa alasan. Menurut Direktur Jenderal UNESCO selaku pemilih tanggal itu, 13 Februari merupakan tanggal peringatan layanan penyiaran internasional PBB yang dibuat pada 1946.

Barulah kemudian, pada 14 Januari 2013, Majelis Umum PBB meresmikan World Radio Day sebagai hari internasional. Tanggal 13 Februari pun diperingati sebagai Hari Radio Sedunia setiap tahunnya di seluruh dunia.

Masih Mengudara, Apa Sebabnya?

Meski teknologi terkini kian berkembang, radio masih menjadi pilihan bagi banyak orang. Tak sedikit yang memilih untuk mendengarkan media tersebut, terutama ketika sedang berada di perjalanan.

Di Indonesia sendiri, tren mendengarkan radio kembali meningkat seiring pandemi Covid-19 melanda. Melansir radioindonesia.co.id, jumlah pendengar media ini mencapai 22 juta orang per hari.

Salah satu alasan yang membuat radio masih banyak didengarkan hingga kini, sejatinya, tak terlepas dari peran penyiar yang membawakan acara. Mereka punya ciri khas tersendiri yang membekas di benak pendengar.

Sebut saja, Olan Sitompul. Suara jernih lagi khas yang dimilikinya membuat pria kelahiran 1939 itu berkarier sebagai penyiar berkesinambungan, di mana menjadi langganan pengisi suara kuis ternama di era 1960-an.

Ada pula Sazli Rais, penyiar RRI yang mereportasekan acara olahraga. Pria kelahiran 1944 itu sering membawakan acara olahraga, utamanya bulutangkis, di radio. Acara tersebut termasuk Piala Thomas dan Piala Uber.